Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange sempat membuat was-was pekan ini. Bagaimana tidak, setelah dibuka melesat lebih dari 1% harga CPO malah terkoreksi dua hari beruntun pada perdagangan berikutnya sebelum kemudian harganya 'happy ending' pekan ini.
Melansir Refinitiv, harga CPO pada perdagangan akhir pekan Jumat (25/8/2023) ditutup melesat 2,09% ke posisi MYR 3.962 per ton. Penguatan ini melanjutkan tren positif harga CPO dalam dua hari beruntun.
Dalam sepekan, harga CPO menguat 2,35%, harganya yang masih terbilang positif di dukung dengan tiga kali mengalami penguatan, meskipun ada dua kali perdagangan berakhir ambrol. Dengan ini dalam sebulan harganya naik 2,17%, namun secara tahunan masih mengalami koreksi hingga 5,08%.
Pekan ini, harga CPO memang sempat membuat was-was. Sebab pada perdagangan Selasa (22/8/2023) dan perdagangan Rabu (23/8/2023) ditutup ambrol dengan total koreksi mencapai 2,71%. Lantas apa yang menyebabkan harga CPO sempat terkoreksi?
Benar saja, penurunan harga minyak nabati saingannya turut membebani harga. "Minyak sawit mentah berjangka terlihat diperdagangkan lebih rendah hari ini karena likuidasi panjang mengikuti pelemahan minyak kedelai berjangka di CBOT semalam," kata Anilkumar Bagani, kepala riset broker minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai dikutip dari Reuters.
Melonggarkannya kontrak berjangka minyak nabati Tiongkok dan kontrak berjangka kedelai CBOT pada jam perdagangan Asia didukung oleh data polong kedelai AS yang lebih besar semakin menyeret harga.
Kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 turun 0,2%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 kehilangan 0,7%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade (CBOT) naik tipis 0,9%.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.
Laporan tahunan Midwest Crop Tour dari ProFarmer yang dirilis Senin malam menunjukkan pertumbuhan tanaman kedelai lebih tinggi dari rata-rata tiga tahun, dengan dampak terbatas dari kondisi kekeringan saat ini, kata Sandeep Singh, direktur The Farm Trade, sebuah perusahaan konsultan dan perdagangan yang berbasis di Kuala Lumpur.
"Perkiraan pasokan yang lebih tinggi mendorong harga minyak nabati pesaingnya turun pada awal perdagangan, namun perubahan cuaca akan membuat pasar tetap berada dalam kisaran harga saat ini," ungkap Singh yang dikutip dariReuters.
Selain itu, sejak awal pekan pelaku pasar tengah mencermati sentimen yang datang dari Indonesia. sebagaimana diketahui, Uni Eropa (UE)pada pekan lalu telah meluncurkan penyelidikan apakah biodiesel dari Indonesia menghindari bea UE dengan melalui China dan Inggris.
Adu Kuat Sentimen Hingga Harga CPO Bisa 'Happy Ending'
Namun memang tampaknya perlemahan minyak saingannya masih kalah dengan banyaknya sentimen positif yang menyelimutinya. Pertama, pekan ini data ekspor yang kuat mampu membatasi kerugian dan terbukti bisa mendongkrak harga CPO.
Berdasarkan data surveyor kargo Intertek Testing Services dan Amspec Agri, ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk periode 1-20 Agustus naik antara 9,8% dan 17,4% dari periode yang sama bulan sebelumnya.
Sementara, ekspor minyak sawit Indonesia, termasuk produk olahannya pada bulan Juni mencapai 3,45 juta metrik ton, melonjak 43% dibandingkan tahun lalu, data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia menunjukkan pada hari Kamis.
Kedua, melemahnya ringgit menjadi sentimen positif bagi harga sawit. Pasalnya Ringgit yang lebih lemah membuat minyak sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.
Ketiga, pekan ini pasar mendapat semprotan positif karena cuaca kering di Amerika Serikat (AS) sehingga mengancam dan akan berdampak pada pasokan selama musim pengisian polong yang kritis, sementara banjir di China merusak tanaman, memotong produksi jagung dan kedelai.
Hal ini diungkapkan oleh Mitesh Saiya, manajer perdagangan di perusahaan yang berbasis di Mumbai, Kantilal Laxmichand& Company.
"Dengan demikian, sebagian besar konsumen beralih ke sawit karena tetap menjadi alternatif yang paling terjangkau," kata Saiya dikutip dariReuters.
Keempat, pada akhir pekan naiknya harga CPO karena para pedagang mencari penawaran murah di tengah tingginya harga kacang-kacangan dan minyak sawit di bursa Dalian.
"Harga minyak nabati yang lebih tinggi (pada tengah hari) ditutup, terjadinya tawar-menawar dan dorongan baru untuk menguji level resistensi baru mendorong momentum pembelian minyak sawit mentah berjangka," kata Sathia Varqa, analis senior di Fastmarkets Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura yang dikutip dari Reuters.
Untuk diketahui pula, Malaysia mempertahankan pajak ekspornya untuk minyak sawit mentah untuk bulan September sebesar 8% dan meningkatkan harga acuannya, menurut surat edaran Dewan Minyak Sawit Malaysia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Adblock test (Why?)
Naik 2% Sepekan, Harga CPO Sempat Bikin Panik! Ini Pemicunya - CNBC Indonesia
Read More