Rechercher dans ce blog

Wednesday, August 2, 2023

Lengkung LRT: Sempat Dipuji dan Catat Rekor Muri, Kini Dikritik Salah Desain - Kompas.com - Kompas.com

KOMPAS.com - Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo buka-bukaan soal proyek LRT Jabodebek yang mengalami salah desain pada bagian jembatan rel lengkung atau longspan di Kuningan, Jakarta Selatan.

Hal ini yang membuat kecepatan kereta LRT Jabodebek melambat saat melewat tikungan tersebut. Karena apabila kecepatan LRT tidak melambat sebelum longspan maka berpotensi meningkatkan kecelakaan.

"Kalau lihat longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan kan ada jembatan besar, itu sebenarnya salah desain, karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, tapi dia enggak ngetes sudut kemiringan keretanya," ungkap Tiko, sapaan akrabnya, dikutip pada Rabu (2/8/2023).

Menurut Tiko, lantaran salah desain, tingkungan tersebut kurang lebar sehingga kecepatannya melambat. Dia bilang, jika tingkungan jembatan itu digarap melebar maka kereta LRT Jabodebek bisa tetap melaju dengan kencang.

Baca juga: Uji Coba LRT Jabodebek Diundur, Erick Thohir Bantah Ada Masalah Sistem

"Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya itu lebih lebar tikungannya. Kalau tikungannya lebih lebar, dia bisa belok sambil speed up. Tapi karena tikungannya sekarang sudah terlanjur dibikin sempit, mau enggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km per jam, pelan banget," papar Tiko.

Dipuji dan catat rekor Muri

Sebagai informasi, jembatan lengkung LRT itu dibangun di atas flyover Tol Dalam Kota yang berada di ruas Kuningan, Jakarta Selatan, dan membentang sepanjang 148 meter.

Longspan LRT ini memiliki radius lengkung 115 meter serta menggunakan beton seberat 9.688,8 ton. Karena panjang dan rancangannya yang begitu presisi, lengkung LRT itu sempat menuai pujian.

Bahkan, lengkung LRT tersebut juga diganjar rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) karena berhasil membuat jembatan terpanjang di Indonesia bahkan mungkin di dunia, terlebih kontruksinya dikerjakan oleh para engineer anak bangsa.

Baca juga: Mundur Lagi, Uji Coba LRT Jabodebek untuk Umum Jadi Awal Agustus 2023

Kontraktor dari lengkung LRT ini adalah BUMN Karya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Proses pembangunannya dilakukan dengan metode balanced cantilever.

Ini artinya, strukturnya dibangun dengan memanfaatkan efek keseimbangan yang membuat struktur dapat berdiri dan menahan beban sangat berat tanpa ditopang penyangga sementara.

Dengan memanfaat efek keseimbangan ini pula, maka selama pembangunan lengkung LRT, tidak membutuhkan pier tiang penyangga di tengah.

Terlebih penggunaan pier tidak memungkinkan karena lengkung LRT ini berdiri tepat di atas jalan Tol Dalam Kota dan jalan protokol di bawahnya sehingga sangat sempit. Dari sisi estetika, penggunaan tiang di tengah-tengah juga dinilai kurang bagus.

Baca juga: Berapa Biaya Bangun Kereta Cepat Jakarta-Bandung Per Kilometernya?

Proses konstruksi lengkung LRT ini adalah menggunakan box girder beton yang memiliki ciri khas berongga pada bagian dalamnya.

Dengan perhitungan yang sangat presisi, box girder ini kemudian dipasang dari kedua sisi hingga kemudian bisa bertemu atau saling menyambung di tengah atau tepat di atas jalan tol.

Koordinasi berantakan

Selain menyoroti salah desain pada longspan, Tiko juga mempermasalahkan koordinasi semua pihak yang terlibat selama proses konstruksi.

Mantan Dirut Bank Mandiri itu menuturkan, pada dasarnya ada enam komponen dalam proyek LRT Jabodebek.

Di antaranya prasarana yang digarap oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk, kereta oleh PT INKA (Persero), software development oleh Siemens, hingga persinyalan oleh PT Len Industri (Persero).

Baca juga: Wamen BUMN Buka-bukaan Proyek Kereta Cepat Sempat Nyaris Mangkrak

Namun, dari banyaknya komponen yang terlibat dalam proyek, tapi tidak ada integrator atau penghubung di dalamnya. Alhasil, setiap komponen bekerja masing-masing tanpa sistem integrator.

Hal ini menyebabkan banyak terjadi kesalahan koordinasi, salah satunya mengenai desain longspan yang tidak sesuai.

"Di semua proyek besar itu ada sistem integrator, tapi ini enggak ada. Jadi semua komponen proyek itu berjalan liar tanpa ada integrator di tengah," ucapnya.

Spesifikasi 31 rangkaian LRT berbeda-beda

Kondisi itu membuat pula spesifikasi kereta LRT Jabodebek yang jumlahnya ada 31 rangkaian menjadi berbeda-beda. Ini membuat sistem perangkat lunak (software) harus diperbaiki dan membuat biayanya menjadi lebih tinggi.

Baca juga: Profil Pelabuhan Kuala Tanjung, Calon Pelabuhan Terbesar di RI

Tiko menyebut, kesalahan kordinasi antara pihak yang menggarap proyek sering kali terjadi di Indonesia. Oleh sebab itu, ini menjadi tantangan yang harus diperbaiki ke depannya.

"Karena pra-sarananya waktu dibangun tidak ngobrol dengan spek sarananya. Di Indonesia banyak terjadi begini. Tapi ya itulah, bagian dari belajar, ini harus kita beresin satu-satu," kata dia.

Ia bilang perbaikan-perbaikan yang dilakukan dalam 3,5 tahun terakhir ini membuat LRT Jabodetabek semakin siap untuk dioperasikan.

(Penulis: Yohanna Artha Uly | Editor: Akhdi Martin Pertama)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Adblock test (Why?)


Lengkung LRT: Sempat Dipuji dan Catat Rekor Muri, Kini Dikritik Salah Desain - Kompas.com - Kompas.com
Read More

No comments:

Post a Comment

Sempat Berdinding Kayu dan Tak Layak, Ini 8 Potret Kondisi Terbaru Rumah Melly Lee di Kampung Halaman - Kini … - KapanLagi.com

Sebelumnya kondisi kediaman Melly Lee di kampung halaman banyak mendapat sorotan. Jauh sebelum tenar Melly dan keluarga hanya tinggal di s...