Jakarta, CNBC Indonesia-Paruh pertama tahun 2021 menjadi periode yang menggalaukan bagiIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sempat melesat kencang hingga menembus level 6.500 pada awal tahun, IHSG harus rela hanya terapresiasi tipis.
Memulai awal tahun sedikit di bawah level 6.000, tepatnya di angka 5.979,07, IHSG mengakhiri kuartal kedua dengan apresiasi tipis 0,11% ke level 5.985,48.
Meski hanya terapresiasi tipis, sejatinya investor asing menyerbu pasar modal lokal di 6 bulan pertama tahun ini dengan melakukan pembelian bersih masif sebanyak Rp 4,32 triliun di pasar reguler.
Awal tahun diawali dengan optimisme para pelaku pasar pasca dilantiknya Presiden AS ke-46, Joe Biden dimana Presiden dari Partai Demokrat tersebut digadang-gadang akan membawa angin segar bagi perekonomian Paman Sam.
Joe Biden berulang kali menyebutkan siap mengolkan paket stimul bernilai US$ 2 triliun yang ditargetkan bagi rumah tangga AS, bisnis kecil, hingga bisnis besar yang terdampak pandemi seperti industri penerbangan.
Hal ini menyebabkan pasar modal lokal merespons cukup positif bahkan seperti disebut sebelumnya pada bulan ini IHSG sempat merangkak ke level tertingginya sejak 2018 yakni 6.500 sebelum akhirnya bulan Januari IHSG berakhir terkoreksi.
Meskipun demikian pada akhirnya IHSG berakhir mengakhiri kuartal pertama tidak jauh berbeda dari posisi awal januari yakni terapresiasi tipis 0,1% setelah kebijakan manajemen BPJS Ketenagakerjaan yang akan mengurangi porsi investasi di saham dan reksa dana membuat indeks terkoreksi. Diketahui BPJS TK merupakan salah satu investor institusi raksasa lokal yang seringkali menjadi gerbang penahan kejatuhan IHSG.
IHSG sejatinya memasuki kuartal kedua dengan optimisme bahwa kuartal ini akan menjadi kuartal terakhir Indonesia terpuruk di zona resesi. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi perekonomian Indonesia pada kuartal II-2021 bisa tumbuh hingga 8,3%. Ramalan ini melesat dibandingkan kuartal I-2021 yang masih negatif 0,74%.
"Proyeksi kami di kuartal II antara 7,1% sampai 8,3%," ujarnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI, DPR RI, Senin (24/5/2021).
Perekonomian kuartal II tumbuh melesat didorong oleh berbagai faktor penopang perekonomian yang mulai pulih dibandingkan dengan tahun dan kuartal sebelumnya. Terutama konsumsi rumah tangga yang sejak April hingga Mei dilihat semakin meningkat.
Secara keseluruhan, Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun ini tumbuh 4,5-5,3 persen. Perkiraan ini juga lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang minus 2,1 persen.
Meskipun demikian melesatnya kasus corona di akhir tahun menyebabkan ketakutan yang kembali muncul di kalangan investor. Penambahan kasus Covid-19 tanah air kembali memecahkan rekor terbaru sebanyak 21.807 orang pada Rabu (30/6/2021).
Saat ini total kasus Covid-19 di Indonesia telah mencapai 2,178 juta kasus. Penambahan kasus harian ini kembali menjadi rekor tertinggi setelah Minggu (26/6/2021) sebanyak 21.095 orang.
Tren kenaikan kenaikan kasus Covid-19 yang datang di saat tidak tepat inilah yang akhirnya menyebabkan indeks acuan pasar modal, IHSG terpaksa di tutup di bawah level psikologis 6.000 di tengah tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp/trp)
Sempat Yakin Bakal Berlari, Setengah Tahun IHSG Malah Mager - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment