Tim gabungan TNI-Polri akan melakukan autopsi terhadap jenazah Pendeta Yeremia Zanambani, yang tewas di Distrik Hitadipa, Intan Jaya, Papua. Upaya autopsi sebelumnya tertunda karena ada penolakan dari keluarga.
Kapolres Intan Jaya AKBP Sandi Sultan mengungkapkan aparat gabungan rencananya melakukan autopsi pada Sabtu (5/6) nanti.
"Pelaksanaan autopsi Pendeta Yeremia Zanambani direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2021," kata Sandi kepada wartawan, Rabu (2/6/2021).
Sandi mengungkapkan, pada hari ini, pihaknya melakukan pengecekan dan pemetaan wilayah terkait dengan proses autopsi tersebut nantinya dan mempersiapkan pengamanannya. TNI-Polri akan mengamankan titik rawan dalam upaya autopsi jasad Pendeta Yeremia.
"Dalam pelaksanaan tersebut rombongan TNI-Polri dipimpin Kapolres Intan Jaya Akbp Sandi dan Danyon 501/BY Letkol Inf Arfa Yuda serta 46 personel dalam rencana pengamanan ada 8 titik yang dianggap rawan," ujarnya.
Sementara itu, Kasatgas Humas Ops Nemangkawi Kombes M Iqbal Al-Qudusy menjelaskan proses autopsi tersebut penting dalam proses penyidikan untuk menentukan kebenaran yang objektif. Hasil autopsi diperlukan untuk proses persidangan nantinya.
"Dalam persidangan digunakan dengan nama visuem et repertum. Visuem et repertum adalah laporan tertulis dari hasil autopsi pada suatu mayat untuk mencari tahu kebenaran suatu tindak pidana," ujar Iqbal.
Autopsi Sempat Terkendala
Sebelumnya, pelaksanaan autopsi jenazah Pendeta Yeremia Zanambani, yang tewas ditembak di Intan Jaya, Papua, menemui kendala. Pihak keluarga disebut menolak jenazah Pendeta Yeremia diautopsi.
"Penyidik saat ini sedang bernegosiasi dengan pihak keluarga, karena ternyata info yang terakhir kami dapatkan pihak keluarga menolak dilaksanakan autopsi," kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono di Mabes Polri kepada wartawan, Rabu (11/11/2020).
Awi menuturkan tim kedokteran forensik Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Makassar ingin jenazah Pendeta Yeremia diautopsi di Mimika. Alasannya, kondisi di tempat kejadian perkara (TKP) saat ini belum kondusif.
"Karena memang pihak kedokteran forensik Rumah Sakit Bhayangkara Makassar mengharapkan untuk autopsinya di Mimika, harus diterbangkan ke Mimika dulu. Karena memang kalau dikerjakan di TKP memang situasi di sana tidak kondusif seperti kami sampaikan pada rekan-rekan, maka tim gabungan pencari fakta pun ditembak kan. Ini yang menjadi pertimbangan," papar Awi.
Awi menyampaikan pihak keluarga bersama tim kuasa hukum juga telah membuat pernyataan. Salah satu poin itu berisi penolakan untuk mengautopsi jenazah Pendeta Yeremia.
Autopsi dilakukan sebagai salah satu cara agar bisa mengetahui penyebab kematian Pendeta Yeremia. Polri juga telah melakukan uji balistik untuk mengungkap kasus tersebut.
Wakapolda Papua Brigjen Matius D Fakhiri, yang kini menjabat sebagai Kapolda Papua saat itu bertandang ke Mimika untuk bertemu Bupati Intan Jaya.
"Sebab, kematiannya kita bisa temukan dari autopsi. Sampai sekarang kita belum tahu itu, kalau bicara terkait penembakan, kemudian yang bersangkutan meninggal kita kan harus buktikan, dan ahli harus berbicara itu yang bersangkutan meninggal karena apa, karena tertembak itu, karena apa, karena apa, ya, perlu disampaikan," sebut Awi.
Seperti diketahui, Pendeta Yeremia disebut tewas karena ditembak oknum TNI. Kabar itu, disebut TNI, adalah upaya kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) untuk mencari perhatian menjelang sidang utama PBB.
"Seperti yang telah saya sampaikan kemarin, mereka sedang mencari momen menarik perhatian di Sidang Umum PBB akhir bulan ini. Dan inilah yang saya khawatirkan bahwa rangkaian kejadian beberapa hari ini adalah setting-an mereka yang kemudian diputarbalikkan bahwa TNI menembak pendeta. Harapan mereka, kejadian ini jadi bahan di Sidang Umum PBB. Saya tegaskan bahwa ini semua fitnah keji dari KKSB," kata Kapen Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suriastawa dalam keterangan tertulis, Minggu (20/9/2020).
(jbr/imk)Sempat Ada Penolakan, Jenazah Pendeta Yeremia Zanambani Akan Diautopsi - detikNews
Read More
No comments:
Post a Comment