Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya berakhir di zona hijau setelah melemah 5 hari beruntun.
Kendati penguatannya tipis 0,07% tetapi mampu mengantarkan IHSG kembali ke level psikologis 7.000 setelah sempat longsor ke bawah level ini.
Di awal perdagangan IHSG sudah terkoreksi di zona merah. Bahkan IHSG sempat menyentuh posisi terendah di 6.926 pada sesi I. Namun kondisi berbalik, indeks sukses rebound di sesi II dan ditutup di 7.040,8.
Sudah lima hari beruntun pasar saham Indonesia diterpa aksi jual dari investor asing yang membuat harga saham berguguran.
Asing secara konsisten melakukan aksi jual di pasar saham. Kemarin asing net sell Rp 568 miliar di pasar reguler, sehingga secara total asing telah kabur dari pasar saham RI sebesar Rp 3,1 triliun di sepanjang pekan ini.
Tren pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini hingga tembus Rp 15.265/US$ memang menjadi sentimen negatif untuk IHSG.
Belum lagi Wall Street juga masih berada dalam tekanan akibat komentar hawkish The Fed yang masih akan terus mengerek naik suku bunga acuan hingga tahun depan.
Indeks saham Wall Street juga kembali melemah semalam. Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 458,13 poin, atau 1,54% ke 29.225,61. Sepanjang sesi perdagangan, jatuh mencapai level terendah intraday 2022 baru.
Ini juga merupakan level intraday terendah sejak 2020. Sedangkan S&P 500 dan longsor 2,11%. Sementara Nasdaq turun 314,13 poin, atau 2,84%.
Sebanyak 59 dari 83 ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada November. Kemudian, di Desember, The Fed diperkirakan akan menaikkan lagi sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%.
Jika sesuai prediksi, maka suku bunga The Fed akan berada di level tertinggi sejak awal 2008, atau sebelum krisis finansial global.
Sementara itu, imbal hasil Treasury AS 10-tahun rebound setelah turun terbesar sejak 2020 pada hari sebelumnya meskipun sempat mencapai 4%. Hasil terakhir naik menjadi 3,79%
Pasar obligasi pemerintah telah bersaing dengan kekhawatiran pelaku pasar tentang kenaikan suku bunga, resesi yang menjulang dan volatilitas yang tinggi di pasar mata uang global.
Laporan klaim pengangguran yang lebih kuat dari perkiraan tak mampu mengangkat Wall Street. Investor lebih khawatir pada angka pada gagasan The Fed yang akan terus melakukan kenaikan suku bunga agresif untuk melawan inflasi tanpa khawatir itu akan merugikan pasar tenaga kerja.
"Suku bunga belum membatasi, mengatakan masih banyak yang harus dilakukan untuk menurunkan inflasi" ungkap Presiden Federal Reserve Cleveland Loretta Mester dalam acara "Squawk Box" CNBC International.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Bursa Buka Lagi Usai Libur Panjang, Apa Kabar IHSG Hari Ini?
(trp/trp)
Heroik! IHSG Selamat Setelah Sempat di Bawah 7.000 - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment