Rechercher dans ce blog

Sunday, July 24, 2022

Penangkapan 3 WNA, Petugas Sempat Mau Disuap - Korankaltara.com

NUNUKAN, Koran Kaltara – Sejak beberapa hari lalu, tiga warga negara asing yang diamankan oleh Satuan Tugas (Satgas) Marinir Ambalat XXVIII TNI AL Guspurla Koarmada II, ramai diperbicangkan masyarakat. Bahkan, pemberitaannya menjadi viral.

Hal itu dikarenakan tiga warga asing dan tiga warga Indonesia yang diamankan Pos Sei Pancang ini disebut-sebut sebagai bagian dari dugaan spionase atau mata-mata asing.

Namun bagaimana awal mulanya sehingga muncul dugaan aksi spionase oleh tiga warga asing itu, diuraikan Komandan Kompi Satgas Marinir Ambalat XXVIII Kapten Marinir Andreas Parsaulian Manalu, S.T, Sabtu (24/7/2022).

Andreas mengaku telah mengamankan enam orang saat melintas di Pos Sei Pancang pada Rabu (20/7/2022) sore.

Keenam orang itu terdiri dari 3 warga asing yang bernama Leo Bin Simon (40), Ho jin Kiat (40) dan Bai Jidong (45) dan WNI bernama Elwin (23), Thomas Randi Rau (40) dan Yosafat Bin Yusuf (40).

“Jadi, sesuai tugas pokok menjaga kondusif wilayah perbatasan, kami amankan dan berkoordinasi dengan aparat setempat dan instansi lainnya. Tentunya sesuai dengan jalur yang ada,” tegasnya.

Saat ini, keenam orang yang diamankan sudah diserahkan ke pihak Imigrasi Nunukan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Sebab, dari pelanggaran yang ditemukan mengenai dokumen dan izin tinggal.

“Memang ranah Imigrasi kalau soal itu, tapi kami juga akan berkoordinasi dengan aparat di Sebatik untuk terus mem-follow up penanganannya dan pendalaman terhadap 6 orang tersebut,” jelasnya.

Terkait aksi spionase, kata dia, masih sebatas dugaan dan perlu dilakukan pendalaman secara akurat. Sehingga, dia tak ingin berkomentar terlalu jauh.

“Makanya, langkah awal kita itu diserahkan ke Imigrasi, karena dugaan pelanggaran keimigrasian yang sudah disampaikan oleh Imigrasi,” jelasnya.

Pendalaman awal yang dilalukan di pos saat 6 orang ini diamankan, kata dia, mereka beralasan meninjau lokasi yang akan dibangun jembatan antara Sebatik-Tawau.

Namun hal tersebut, menurut Imigrasi, tak sesuai dengan izin tinggal atau visa ataupun dokumen yang harus dilengkapi untuk melaksanakan kegiatan kerja.

“Nah, kemarin itu mereka hanya gunakan visa wisata atau pelancong. Dengan alasan meninjau, sama sekali menyalahi aturan. Jadi, pelanggaran sejauh ini yang kami dapat baru sebatas pelanggaran keimigrasian saja,” bebernya.

Munculnya aksi dugaan spionase, kata dia, bermula saat dilakukan pemeriksaan terhadap tiga warga asing tersebut.

Itu dilihat dari awal pemeriksaan hingga akhirnya menemukan sejumlah foto wilayah pertahanan militer yang diambil secara sembunyi-sembunyi di handphone milik Jidong Bai (45) warga negara Tiongkok.

“Jadi, inilah awal mula jadi dasar tindakan ilegalnya. Mohon maaf, bagi warga sipil saja yang tak punya izin dilarang. Sehingga inilah yang memperkuat dugaan kami adanya pengambilan dokumentasi secara ilegal,” jelasnya.

Dari pengakuan warga Tingkok itu, kata dia, tidak mengetahui bahwa lokasi yang difoto adalah fasilitas militer.

“Foto di hape (handphone)-nya itu ada banyak, tapi ada kurang-lebih 10 sampai 15 foto yang merupakan objek vital kita. Kita belum tahu, apakah foto ini sudah disebar atau tidak,” bebernya.

Hal yang sama juga diungkapkan Danpos Sei Pancang, Lettu Mar Victor Aji Hersanto saat mendampingi Komandan Kompi Satgas Marinir Ambalat XXVIII.

Dia menjelaskan, enam orang yang menumpangi mobil Avanza ini saat melintasi pos memang sejak awal sudah salah.

Bahkan, kaca mobil mereka hanya diturunkan sedikit saat pemeriksaan.

“Jadi, saat dihentikan, warga asing ini duduk di belakang. Gaya seperti menunduk dan mundur ke belakang agar tidak kelihatan. Di sinilah, muncul gerak-gerik mencurigakan. Mereka juga mengalihkan pembicaraan,” bebernya.

Saat pengalihan pembicaraan ini, warga asing terlihat buru-buru pergi, namun berhasil dihentikan prajurit.

Ditambah lagi, ada momen dimana warga asing itu yang kepergok mencoba mengambil foto.

“Jadi, kemungkinan saat dia mau jepret, langsung dipindahkan. Nah, gambar yang kita temukan menunjukkan gaya pengambilan sembunyi-sembunyi,” bebernya.

Terlebih lagi, kata dia, saat dilakukan pemeriksaan para warga asing mencoba untuk menyuap prajurit agar kasus diselesaikan secara damai.

“Tapi, kita nggak mau. Kami tidak mau menggadaikan NKRI dengan perbuatan seperti itu. Tidak ada negosiasi, tugas pokok harus ditegakkan. Makanya komandan langsung perintahkan penyelidikan di tempat,” tegasnya.

Dari konferensi pers Kepala Kantor Imigrasi Nunukan, Washington Saut Dompak mengatakan, awalnya mereka dari Tawau ke Nunukan dengan jalur ilegal. Mereka ada empat, tiga warga asing dan satu warga Indonesia bernama Yosafat.

Dari pemeriksaan, Leo Bin Simon merupakan seorang pendeta di gereja Berthany Life Tawau.

Tak hanya itu, Leo juga bekerja sebagai asisten direktur di Medik City SDN BHD, bidang konstruksi.

“Awalnya, Leo ini diajak oleh Yosafat ke Sebatik untuk melihat lokasi pembangunan jembatan penghubung itu. Ternyata Leo juga mengaku sudah membahas proyek ini bersama KRI Tawau. Itu dilihat dari postingan di FB KRI tanggal 29 September lalu,” bebernya. (*)

BACA JUGA:

Reporter: Asrin
Editor: Nurul Lamunsari

Adblock test (Why?)


Penangkapan 3 WNA, Petugas Sempat Mau Disuap - Korankaltara.com
Read More

No comments:

Post a Comment

Sempat Berdinding Kayu dan Tak Layak, Ini 8 Potret Kondisi Terbaru Rumah Melly Lee di Kampung Halaman - Kini … - KapanLagi.com

Sebelumnya kondisi kediaman Melly Lee di kampung halaman banyak mendapat sorotan. Jauh sebelum tenar Melly dan keluarga hanya tinggal di s...