SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemilihan umum. (Freepik)
Solopos.com, SOLO—Hidup di perdesaan memang sangat menyenangkan. Desa identik dengan keakraban, persatuan, dan kebersamaan yang tinggi. Saya bisa merasakan ini semua karena saya hidup di desa sejak kecil.
PromosiPetani Belum Menjadi Subjek Utama Proyek Nasional Kedaulatan Pangan
Kemajemukan di desa saya ternyata tidak menjadi halangan untuk bersatu, saling menguatkan satu dengan yang lain. Suatu saat kebersaman dan persatuan di daerah saya sempat terkoyak karena pilihan kepala desa.
Saya sebenarnya bukan pendukung fanatik salah satu calon sehingga saya tidak begitu peduli dengan semua calon maupun pendukung. Apa yang saya lakukan tenyata sangat berbeda dengan sebagian tetangga di kampung.
Mereka sangat antusias menyambut pilihan kepala desa tersebut. Mereka sangat berlebihan dalam memberikan dukungan terhadap salah satu calon mereka.
Mereka rela menghabiskan waktu, tenaga, bahkan harta mereka demi mendapatkan dukungan dari tetangga. Bahkan ada beberapa tokoh masyarakat yang lupa pada etika demokrasi.
Mereka menggunakan berbagai cara yang bisa membahayakan persatuan yang sudah terbina dengan baik. Mereka merendahkan calon lain, menghina, dan tindakan-tindakan lain sejenis. Keadaan tersebut diperparah pendukung lawan juga melakukan hal sama.
Mereka menggunakan media sosial (medsos) sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Melihat hal tersebut, saya berusaha mengingatkan salah satu tokoh pendukung calon tertentu melalui grup WA yang kebetulan saya menjadi anggotanya.
Saya berusaha menggunakan bahasa santun sehingga tidak menyinggung perasaannya. Namun, usaha saya justru menambah emosi yang bersangkutan.
Kata-kata tidak enak saya terima lewat WA. Teror, cemoohan, bahkan ejekan tak pernah berhenti saya terima. Warga desa tidak peduli lagi dengan tata krama dan bahkan menganggap saya adalah lawan mereka karena saya terus mengingatkan sepak terjang mereka.
Saya berusaha menjelaskan bahwa saya bukan kader dari salah satu calon. Namun usaha saya makin sia-sia.
Waktu pemilihan kepala desa makin dekat. Saya berharap semoga keadan membaik. Namun, harapan saya belum terkabul. Masa-masa kampanye justru membuat keadan sulit dikendalikan.
Bentrokan-bentrokan kecil mulai terjadi. Bahkan anak-anak muda semakin berani melakukan teror terhadap pendukung lawan mereka. Suara knalpot sepeda motor mereka buat sebising mungkin. Motor itu lantas mereka gunakan untuk berputar-putar mengelilingi rumah pendukung lawan.
Sampailah hari pemilihan. Sebagian para pendukung kecewa melihat perolehan hasil suara pemilihan. Sebuah kondisi yang tak bisa dihindari karena tidak mungkin semua pasangan bakal menang.
Saya kembali berharap seusai pemilihan itu, persatuan dan kerukunan warga lekas pulih. Saya berusaha mendekati semua warga dan mengajak mereka untuk kembali seperti sebelum ada pemilihan kepala desa.
Namun, upaya melakukan hal tersebut tidaklah mudah. Berbagai usaha sudah saya coba, namun belum membuahkan hasil yang menggembirakan.
Waktu terus berjalan, hari berganti pekan dan pekan berganti bulan. Seiring berjalanya waktu, saya terus berdoa dan berusaha agar Allah mengembalikan keadan menjadi seperti semula. Saya minta Allah mengabulkan doa saya. Saya sangat merindukan dan sangat menginginkan kampung yang damai.
Tidak lama kemudian, Allah memberikan peringatan dengan munculnya wabah Covid-19 di dunia, desa saya termasuk. Menanganinya memerlukan kebersamaan, persatuan, dan kesatuan antara warga yang satu dengan yang lain.
Banyak warga terpapar akibat virus corona. Saya gunakan kesempatan ini untuk menyadarkan warga. Memperkuat tali persaudaran antara satu dengan yang lain. Perbedaan pendapat, pandangan, dan pilihan bukan harus menimbulkan perceraian, tetapi hal ini merupakan rahmat dari Allah untuk saling melengkapi.
Alhamdulillah, wabah corona ternyata menyadarkan warga bahwa kehidupan bermasyarakat yang beragam golongan, kelompok organisasi keagamaan, tingkat pendidikan, maupun pengalaman akan menjadikan masyarakat lebih harmonis dan bermanfaat jika tetap dalam bingkai persatuan dan kesatuan.
Akhirnya dalam sebuah pertemuan, semua warga berikrar akan tetap menjaga persatuan walaupun banyak perbedaan di antara mereka Apa yang kami harapkan bersama terkabul. Warga sudah pulih kambali dan bersemangat menyongsong masa depan dengan dipimpin kepala desa baru yang didukung semua warga. Semua tersenyum penuh dengan kemenangan. Alhamdulillah
Penulis adalah guru di SMAN Kerjo
Merekatkan yang Sempat Terpecah - Solopos
Read More
No comments:
Post a Comment