Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melesat pada awal perdagangan hari ini, Selasa (2/11/2021), di tengah tren kenaikan harga CPO yang masih berlanjut.
Berikut kenaikan saham CPO, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.44 WIB.
-
Triputra Agro Persada (TAPG), saham +5,56%, ke Rp 665/saham
-
Eagle High Plantations (BWPT), +4,49%, ke Rp 93/saham
-
SMART (SMAR), +4,19%, ke Rp 4.720/saham
-
Astra Agro Lestari (AALI), +3,26%, ke Rp 11.075/saham
-
Salim Ivomas Pratama (SIMP), +2,88%, ke Rp 500/saham
-
Sawit Sumbermas Sarana (SSMS), +2,65%, ke Rp 1.160/saham
-
Dharma Satya Nusantara (DSNG), +2,63%, ke Rp 585/saham
-
PP London Sumatra Indonesia (LSIP), +2,55%, ke Rp 1.410/saham
-
Sampoerna Agro (SGRO), +1,79%, ke Rp 2.270/saham
-
Tunas Baru Lampung (TBLA), +1,73%, ke Rp 880/saham
-
Mahkota Group (MGRO), +0,68%, ke Rp 745/saham
-
Cisadane Sawit Raya (CSRA), +0,51%, ke Rp 392/saham
Menurut data di atas, saham emiten milik pengusaha TP Rachmat TAPG memimpin kenaikan dengan melesat 5,56% ke Rp 665/saham, rebound dari koreksi 3,08% pada Senin kemarin.
Kedua, saham milik BUMN Malaysia Felda dan Grup Rajawali BWPT yang melejit 4,49% ke Rp 93/saham, menguat kembali setelah turun 2,20% kemarin. Dalam sepekan saham BWPT melemah 4,08%, sedangkan dalam sebulan naik 3,30%.
Ketiga, saham Grup Sinarmas SMAR yang terkerek naik 4,19% ke Rp 4.720/saham, melanjutkan kenaikan 2 hari sebelumnya. Dalam sepekan saham SMAR masih melesat 7,80% dan dalam sebulan melejit 7,55%.
Di bawah saham SMAR, ada saham Grup Astra AALI yang naik 3,26% ke Rp 11.075/saham. Dalam sepekan saham AALI mendaki 9,54% dan dalam sebulan melesat 11,75%.
Harga sawit sendiri menjadi jawara komoditas--dibandingkan batu bara, minyak, emas dan lain-lain--pada Oktober dengan pertumbuhan 12,75%. Kenaikan terjadi karena Malaysia, produsen sawit terbesar, dikabarkan menghadapi penurunan produksi ke level terendah dalam 5 tahun karena menghadapi keterbatasan pasokan pekerja.
Reuters mengabarkan kondisi tersebut bakal terus berlanjut hingga Maret nanti. Selain itu, harga CPO terus menguat di tengah masifnya program biodiesel untuk transportasi di Indonesia maupun Malaysia.
Namun, kemarin harga CPO di Bursa Malaysia tercatat MYR 4.961/ton, turun 1,29% dibandingkan hari sebelumnya.
Koreksi harga minyak bumi ikut menyeret harga CPO. Pada pukul 09:57 WIB, misalnya, harga minyak jenis brent dan light sweet turun masing-masing 0,39% dan 0,55%.
Saat harga minyak bumi lebih murah, maka kebutuhan untuk beralih ke bahan bakar nabati (biofuel) menurun. Akibatnya, permintaan terhadap bahan baku biofuel berkurang. CPO adalah salah satunya.
Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memperkirakan harga CPO tidak akan bergerak terlalu banyak. Harga diperkirakan netral di kisaran MYR 4.090-5.048/ton.
"Apabila harga berhasil menembus kisaran itu, maka tren bullish akan berlanjut. Target selanjutnya adalah MYR 5.197/ton," tulis Wang dalam risetnya.
Menurut Wang, kunci pergerakan harga CPO ada di titik MYR 5.024/ton. Apabila titik itu tidak kunjung tertembus, maka ada risiko harga malah bakal turun.
"Namun sepertinya kekhawatiran penurunan harga yang berkelanjutan tidak berdasar. Candlestick pada 22 Oktober terlihat lebih kecil ketimbang black candle besar yang terbentuk pada 21 Oktober," jelas Wang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(adf/adf)
Sempat Dibantai, Saham Sawit Mulai Diborong Investor Lagi - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment