Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten-emiten batu bara ambles ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Senin (1/11/2021), di tengah melorotnya harga komoditas batu bara dalam sepekan terakhir.
Berikut pelemahan saham batu bara, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.10 WIB.
-
ABM Investama (ABMM), saham -3,47%, ke Rp 1.390/saham
-
Indika Energy (INDY), -2,81%, ke Rp 1.730/saham
-
Golden Eagle Energy (SMMT), -2,80%, ke Rp 208/saham
-
Bumi Resources (BUMI), -2,78%, ke Rp 70/saham
-
Bukit Asam (PTBA), -2,61%, ke Rp 2.610/saham
-
Atlas Resources (ARII), -2,42%, ke Rp 322/saham
-
Indo Tambangraya Megah (ITMG), -1,85%, ke Rp 21.200/saham
-
Alfa Energi Investama (FIRE), -1,77%, ke Rp 555/saham
-
Mitrabara Adiperdana (MBAP), -1,67%, ke Rp 3.540/saham
-
Adaro Energy (ADRO), -1,49%, ke Rp 1.655/saham
-
Delta Dunia Makmur (DOID), -1,35%, ke Rp 292/saham
-
Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), -1,11%, ke Rp 89/saham
-
Harum Energy (HRUM), -0,98%, ke Rp 7.550/saham
-
TBS Energi Utama (TOBA), -0,93%, ke Rp 530/saham
-
United Tractors (UNTR), -0,53%, ke Rp 23.425/saham
-
Bayan Resources (BYAN), -0,19%, ke Rp 25.950/saham
Menurut data di atas, saham ABMM menjadi yang paling ambles, yakni mencapai 3,47% ke Rp 1.390/saham, melanjutkan pelemahan dalam 3 hari terakhir. Alhasil, dalam sepekan saham ABMM ambles 8,47%, sedangkan dalam sebulan melejit 13,31%.
Kedua, saham INDY juga melemah 2,81% ke Rp 1.730/saham, ambles sejak 3 hari lalu. Dalam sepekan saham ini melorot 8,83% dan dalam sebulan anjlok 10,23%.
Kemudian, saham Grup Rajawali SMMT terdepresiasi 2,80% ke Rp 208/saham. Dalam seminggu saham SMMT merosot 12,50% dan dalam sebulan turun 5,45%.
Keempat, ada saham Grup Bakrie BUMI yang ambles 2,78% ke Rp 70/saham. Saham BUMI melemah 4,00% dalam sepekan, tetapi masih naik 4,41% dalam sebulan terakhir.
Harga batu bara anjlok pekan lalu. Sudah dua minggu beruntun harga si batu hitam turun drastis.
Akhir pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 154,9/ton. Ambles 10,12% dari hari sebelumnya.
Secara mingguan, harga komoditas ini ambrol 18.9%. Seminggu sebelumnya, harga rontok 20,86%.
Perkembangan di China membuat harga batu bara jatuh. Pemerintahan Presiden Xi Jinping memang sedang bernafsu untuk menurunkan harga batu bara.
China memang sangat merasakan dampak lonjakan harga batu bara, yang sejak akhir 2020 (year-to-date) masih membukukan kenaikan 89,48%. Sekitar 60% pembangkit listrik di Negeri Tirai Bambu menggunakan batu bara sebagai sumber energi primer.
Mahalnya harga dan menipisnya pasokan membuat sejumlah wilayah di China terpaksa melakukan pemadaman listrik bergilir. Ini menyebabkan gangguan produksi yang luar biasa.
Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) menegaskan harga komoditas ini masih bisa turun lagi setelah melakukan investasi terhadap para produsen. "Hasil penyelidikan awal menunjukkan bahwa biaya produksi batu bara masih jauh lebih rendah dibandingkan harga di pasar spot," sebut keterangan tertulis NDRC, tanpa menyebut lebih rinci faktor apa yang melatarbelakangi pernyataan itu.
Tidak hanya melakukan penyelidikan, upaya China menekan harga batu bara juga dilakukan dengan menambah pasokan. NDRC menyebut stok batu bara China pada akhir Oktober 2021 naik lebih dari 100 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 12,5 juta ton sudah ada di pembangkit listrik di wilayah China bagian timur laut, yang telah memasuki awal musim dingin.
"Melihat kondisi pengangkutan di jalur kereta api dan pelabuhan, stok batu bara nasional akan semakin bertambah," lanjut keterangan tertulis NDRC.
Perkembangan di China sepertinya membuat pelaku pasar ragu. Oleh karena itu, kontrak batu bara terpapar aksi jual massal (sell-off). Jadi tidak heran harga pun turun drastis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(adf/adf)
Nasib...Nasib! Pagi-Pagi Saham Batu Bara Udah Diobral - CNBC Indonesia
Lanjutan Lagi
No comments:
Post a Comment