Rechercher dans ce blog

Tuesday, August 24, 2021

Sempat Jadi Primadona, Bagaimana Kabar Saham-Saham Ini? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Setidaknya dalam kurun waktu setahun terakhir ada deretan saham yang sempat menjadi primadona investor ritel sehingga membuat kinerjanya melonjak secara signifikan.

Alasan para investor mengoleksi saham-saham tersebut beragam, mulai dari ekspektasi lonjakan kinerja di tengah pandemi Covid-19, beleid baru soal bank digital, sampai soal proyek pabrik mobil listrik.

Lantas, apa saja saham-saham yang sempat hype dan banyak diborong investor tersebut? Bagaimana nasibnya sekarang?


Berikut ini daftar singkat saham-saham yang pernah jadi idola itu.

Saham BUMN Farmasi

Saham anak usaha PT Biofarma, PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF)--termasuk saham anak usaha KAEF PT Phapros Tbk (PEHA)--sempat menjadi saham andalan investor karena spekulasi lompatan kinerja berkat perannya sebagai distributor vaksin Covid-19.

Setelah sempat melesat pada awal-awal Desember 2020, pada 12 Januari 2021, atau sehari sebelum program vaksinasi Covid-19 dimulai, ketiga saham tersebut melonjak mencapai harga tertinggi dalam setahun terakhir.

INAF melonjak ke posisi Rp 6.975/saham, KAEF ke Rp 6.975/saham dan anak usaha KAEF, PEHA melejit di Rp 2.640/saham.

Sebagai informasi, pada 13 Januari lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan jajaran menteri kabinet Indonesia Maju menjadi penerima vaksin Covid-19 pertama, menandai dimulainya pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Tanah Air.

Setelah mengalami 'demam' kenaikan setelah didorong sentimen vaksinasi Covid-19 pada pertengahan Januari tahun ini, saham tersebut cenderung bergerak 'menuruni bukit. Walaupun demikian, ketiga saham tersebut sempat naik beberapa waktu lalu didorong oleh sentimen obat Covid-19 Ivermectin yang bakal diproduksi Indofarma.

Pada hari ini, Selasa (24/8), pukul 10.19 WIB, saham INAF naik 1,29% di Rp 2.360/saham, KAEF turun 1,25% ke Rp 2.410/saham, dan PEHA stagnan di Rp 1.300/saham.

Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII)

Saham emiten data center milik Toto Sugiri DCII memang sensasional dengan kenaikan luar biasa sejak awal IPO 6 Januari 2021 di harga Rp 420/saham.

Seiring dengan kenaikan signifikan sejak awal debut, sampai saat ini bursa sudah melakukan suspensi atau menghentikan perdagangan saham sementara sebanyak 5 kali.

Saham DCII sempat dua kali 'digembok' dalam waktu yang lama. Pertama, pada 11 Februari 2021 sampai 18 Maret 2021. Kedua, pada 17 Juni 2021 sampai 12 Agustus 2021 atau hampir 2 bulan.

Setelah diborong investor pada awal tahun, saham DCII semakin 'menggila' setelah Bos Indofood Anthoni Salim masuk ke saham tersebut awal Juni lalu.

Sejak saat itu saham DCII berkali-kali menjebol ARA sampai akhirnya sempat menyalip dua saham paling mahal di bursa, emiten rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan bank raksasa PT Bank Central Indonesia (BBCA).

Kejadiannya pada 8 Juni, ketika saham DCII menembus Rp 34.200, sedangkan saham GGRM berada di Rp 33.025/saham, dan saham BBCA di Rp 32.150/saham.

Sejurus dengan itu, hanya butuh waktu sekitar 6 bulan untuk saham ini bisa mencicipi masuk ke ke jajaran big cap alias saham dengan nilai market cap di atas Rp 100 triliun.

Adapun, harga saham DCII mencapai level tertinggi sebelum disuspensi mulai 17 Juni lalu yakni di posisi Rp 59.000/saham per 16 Juni.

Setelah suspensi dibuka pada 12 Agustus lalu, saham DCII anjlok hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) selama 7 hari beruntun. Tetapi hari ini, saham DCII berhasil naik 9,99% ke Rp 39.100/saham dengan nilai transaksi Rp 3,43 miliar dan kapitalisasi pasar Rp 93,20 triliun.

Adblock test (Why?)


Sempat Jadi Primadona, Bagaimana Kabar Saham-Saham Ini? - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Sempat Berdinding Kayu dan Tak Layak, Ini 8 Potret Kondisi Terbaru Rumah Melly Lee di Kampung Halaman - Kini … - KapanLagi.com

Sebelumnya kondisi kediaman Melly Lee di kampung halaman banyak mendapat sorotan. Jauh sebelum tenar Melly dan keluarga hanya tinggal di s...