Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga bulan pertama tahun 2021 menjadi periode yang menggalaukan bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sempat melesat kencang hingga menembus level 6.500 pada awal Januari, IHSG harus rela hanya terapresiasi tipis..
Memulai awal tahun sedikit di bawah level 6.000, tepatnya di angka 5.979,07, IHSG mengakhiri kuartal ketiga dengan apresiasi tipis 0,05% ke level 6.011,46.
Bulan Januari diawali dengan optimisme para pelaku pasar pasca dilantiknya Presiden AS ke-46, Joe Biden dimana Presiden dari Partai Demokrat tersebut digadang-gadang akan membawa angin segar bagi perekonomian Paman Sam.
Joe Biden berulang kali menyebutkan siap mengolkan paket stimul bernilai US$ 2 triliun yang ditargetkan bagi rumah tangga AS, bisnis kecil, hingga bisnis besar yang terdampak pandemi seperti industri penerbangan.
Hal ini menyebabkan pasar modal lokal merespons cukup positif bahkan seperti disebut sebelumnya pada bulan ini IHSG sempat merangkak ke level tertingginya sejak 2018 yakni 6.500 sebelum akhirnya bulan Januari IHSG berakhir terkoreksi.
Koreksi di pekan-pekan akhir sendiri terjadi akibat ketakutan pasar pelaku pasar akibat kenaikan kasus corona baik di Indonesia maupun Global ditambah keruntuhan saham-saham farmasi pasca Presiden Jokowi menjadi orang yang pertama di Indonesia untuk disuntik vaksin.
Keruntuhan saham farmasi merembet ke saham-saham lainya sehingga hal ini menyebabkan adanya spekulasi bahwa bursa saham ambruk akibat banyaknya trader amatir yang terkena forced sell akibat membeli saham dengan utang sehingga IHSG terkoreksi parah 7 hari beruntun dan mengakhiri Januari dengan koreksi 1,95%
Di bulan Februari IHSG berhasil membalas 'dendam' dimana sentimen positif pendorong IHSG datang dari diresmikanya Soverign Wea;th Fund (SWF) Indonesia dan dilantiknya direksi-direksinya.
Presiden Joko Widodo(Jokowi) akhirnya mengumumkan jajaran dewan direksi Lembaga Pengelola Investasi (LPI), dana abadi Indonesia yang bernama Indonesia Investment Authority (INA), pada Selasa (16/2/2021).
"SWFatau INA mempunyai posisi strategis dalam percepatan pembangunan yang berkelanjutan, meningkatkan dan mengoptimalkan nilai aset negara dalam jangka panjang dalam menyediakan alternatif pembiayaan dalam pembangunan berkelanjutan," kata Jokowi, di Istana Negara, dalam siaran langsung lewat Youtube, Selasa (16/2/2021).
"INA akan menjadi mitra strategis bagi dalam dan luar negeri agar tersedia pembiayaan berkelanjutan," kata Jokowi.
Efeknya lumayan oke untuk pasar modal dalam negeri, IHSG sukses rebound dari level 5.800 dan kembali ke zona 6.000 bahkan sempat kembali ke area 6.300 sebelum akhirnya berhenti di level 6.241 atau kenaikan apik 6,47%.
Bulan terakhir kuartal ke 3 diakhiri IHSG dengan terkoreksi 4,11% setelah sentimen negatif datang silih berganti di akhir bulan.
Tekanan bursa saham datang dari dalam negeri, yakni kebijakan manajemen BPJS Ketenagakerjaan yang akan mengurangi porsi investasi di saham dan reksa dana.
Diketahui BPJS TK merupakan salah satu investor institusi raksasa sehingga apabila porsi investasi dikerdilkan berpotensi adanya arus uang keluar dari pasar modal dalam jumlah yang lumayan.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengungkapkan rencana pengurangan investasi tersebut dalam rapat dengar pendapat bersama Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan dan Komisi IX DPR. Langkah ini dilakukan dalam rangka Asset Matching Liabilities (ALMA) Jaminan Hari Tua (JHT). Ada tiga strategi yang disampaikan BP Jamsostek.
"Pertama, strategi investasi dengan melakukan perubahan dari saham dan reksa dana ke obligasi dan investasi langsung sehingga bobot instrumen saham dan reksa dana semakin kecil," jelas Anggoro, Selasa (30/3/2021).
Selain itu sentimen global yakni badai margin call yang menimpa saham perbankan AS juga memicu kekhawatiran seputar efeknya terhadap pasar keuangan global. Beberapa saham perbankan mengakui terkena forced sell (jual paksa) atas posisinya di short selling (jual kosong).
Meskipun demikian pada akhirnya IHSG berakhir mengakhiri kuartal pertama tidak jauh berbeda dari posisi awal januari yakni terapresiasi tipis 0,1%. Tidak bisa dikatakan impresif akan tetapi tidak buruk pula.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp/trp)
Sempat Yakin Jadi Tahun Cuan, Q1 IHSG Cuma Naik Tipis Gan! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment