
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal ICE Newcastle ambruk setelah terbang menyentuh level tertingginya dalam dua tahun terakhir. Harga kontrak si batu hitam yang ramai ditransaksikan di bursa berjangka tersebut terkoreksi 3,86% dan ditutup di angka US$ 94,6/ton.
Harga kontrak batu legam terkena aksi ambil untung setelah sebelumnya melesat kencang dari level US$ 80,5/ton ke level US$ 98,4 /ton atau kenaikan sebesar 22,2% dalam kurun waktu 10 hari perdagangan.
Meski belum mampu menembus level keramat US$ 100/ton, level ini merupakan harga tertinggi batu bara dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Terakhir harga batu bara menyentuh level tersebut pada 8 Maret 2019.
Sebelumnya, Kenaikan harga batu bara mengekor naiknya harga batu bara domestik China. Di pasar batu bara domestik Cina, harga spot Qinhuangdao 5500kcal FOB NAR naik untuk dua minggu berturut-turut minggu lalu.
Harga acuan spot batu bara dengan kalori 5.500 kcal naik 4,9% menjadi RMB 638/ton. Apresiasi tersebut membuat harga batu bara domestik China tetap di atas batas atas yang disebut 'zona hijau' sebesar RMB 500 - RMB 570 per ton.
Zona hijau adalah rentang sasaran harga informal yang ditetapkan oleh pihak berwenang yang bertujuan untuk memastikan profitabilitas produsen batu bara domestik marjinal serta produsen listrik.
Otoritas China telah mendorong peningkatan pasokan domestik untuk menurunkan harga yang melesat tajam, sementara pelonggaran kontrol impor (dengan pengecualian larangan impor batu bara Australia) juga telah disetujui sejak pertengahan Desember.
Hubungan Australia dengan China memang belum menemukan resolusi. Menurut kabar terbaru, Perdana Menteri Australia Scott Morrison berkata setiap hanya akan mengakibatkan kerugian bagi kedua belah pihak.
Hubungan Negeri Kanguru dan Negeri Panda yang belum akur sebenarnya akan menguntungkan untuk para penambang dan eksportir batu bara asal Indonesia mengingat China adalah mitra dagang utama RI.
Ekspor bahan bakar mineral termasuk batu bara Indonesia bulan Februari secara volume turun 11% (mom) dibanding bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Februari sebesar 34,2 juta ton sementara di bulan sebelumnya ekspor mencapai 38,5 juta ton.
Namun akibat adanya kenaikan harga batu bara, penurunan volume diimbangi dengan kenaikan total nilai ekspornya. Berdasarkan data BPS, total ekspor bahan bakar mineral RI bulan lalu mencapai US$ 1,97 miliar atau naik 4,92% dari bulan sebelumnya yang hanya US$ 1,88 miliar.
TIM RISET CNBCINDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp/trp)
Sempat Melesat, Batu Bara Akhirnya Ambruk Kena Profit Taking - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment