CIREBON, KOMPAS - Gempa bumi dangkal berkekuatan Magnitudo 3,2 mengguncang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (15/6/2023) pagi. Gempa susulan itu membuat panik warga di wilayah Astanajapura. Selain sempat keluar rumah, sejumlah warga juga mendengar suara dentuman.
Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG, gempa 3,2 M itu terjadi pukul 07.25 lebih 18 detik di 11 kilometer arah tenggara Kota Cirebon. Awalnya, kedalaman gempa tercatat hanya 1 km. Namun, setelah pembaharuan data, kedalaman gempa 7 km.
Gempa itu merupakan susulan setelah gempa berkekuatan 2,9 M pukul 06.20 lebih 20 detik dengan kedalaman hanya 5 km. Gempa itu berlangsung di 11 km arah tenggara Kota Cirebon. Sejumlah warga pun mengaku merasakan getaran dan dentuman yang diduga akibat dari gempa tersebut.
Baca juga: Gempa Dangkal Kembali Mengguncang Cianjur
"Total (mungkin) ada 9 kali dentuman kalau dari yang pertama terdengar. Yang bikin panik warga itu, yang pertama karena dentumannya beruntun, deg, deg, deg. Itu disertai dengan goyangan juga," ujar Suwandi (30), warga Dusun II di Desa Buntet, Kecamatan Astanajapura.
"Saya langsung bangun dan siaga. Selang itu, saya beraktivitas ada dentuman lagi disusul getaran dua sampai tiga detik. Total sampai detik ini sudah sembilan kali dentuman," ungkapnya. Tidak hanya dirinya, kata Wandi, banyak warga juga merasakan dentuman dan akhirnya keluar rumah.
"Untuk warga di sini, di Desa Buntet, sudah bersiaga, mempersiapkan diri untuk risiko terberat. Saya pantau, beberapa warga sudah keluar dari rumah. Baru kali ini ada gempa dan dentuman," ungkapnya. Ia berharap, tidak ada kerusakan akibat gempa. Apalagi, banyak pondok pesantren di sana.
Kepala BBMKG Wilayah II Tangerang Hartanto dalam siaran persnya menyebutkan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa di Cirebon termasuk dangkal. "Gempa bumi yang terjadi merupakan akibat aktivitas Sesar Cirebon," tulisnya.
Yang bikin panik warga itu, yang pertama. Karena dentumannya beruntun, deg, deg, deg. Itu disertai dengan goyangan juga
Menurut dia, dampak gempa dirasakan di wilayah Cirebon dengan skala intensitas III MMI. Artinya, getaran dirasakan nyata di dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. Di Palimanan, skala intensitasnya II MMI. Artinya, getaran dirasakan oleh beberapa orang.
Benda-benda ringan yang digantung juga bergoyang. Saat ini, pihaknya belum menerima laporan soal kerusakan bangunan akibat gempa. "Masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," ujarnya.
Potensi gempa di Cirebon terdapat dalam Pemutakhiran Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017. Sejumlah sesar baru yang teridentifikasi melalui sejumlah kota besar padat penduduk, seperti Bandung, Cirebon, Pekalongan, Semarang, Purwodadi, Cepu, dan Surabaya (Kompas, 5/9/2017).
Bahkan, gempa dangkal juga pernah merusak Jawa abad ke-17 sesuai catatan Stacey S Martin, Phil R Cummins, dan Aron J Meltzner di Bulletin of the Seismological Society of America, Oktober 2022. Gempa darat itu, antara lain, terjadi pada 25 Oktober 1875 di dekat Kuningan dan Cirebon pada 16 November 1847 (Kompas, 7/2/2023).
Baca juga: Gempa Dangkal Sesar Garsela di Jawa Barat Berpotensi Merusak
Gempa Dangkal Guncang Pesisir Cirebon, Warga Sempat Panik - kompas.id
Read More
No comments:
Post a Comment