Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengaku sempat enggan berkunjung ke PT Freeport Indonesia. Hingga akhirnya, pada bulan Agustus lalu ia pun mengunjungi tambang yang berlokasi di Papua tersebut.
Jokowi mengungkapkan alasan akhirnya dia mau mengunjungi tambang Freeport ialah mayoritas saham PT Freeport Indonesia sudah dikuasai Indonesia, yakni 51%. Dengan demikian, dapat dikatakan Freeport kini milik Indonesia, setelah dikuasai asing selama 51 tahun.
"Saya dulu-dulu nggak mau ke Freeport karena itu bukan milik kita. Tetapi sekarang saya ke Freeport karena itu jelas milik kita, menjadi milik BUMN kita. Artinya milik pemerintah Indonesia," ungkap Jokowi dalam pidatonya di Balai Sarbini, Selasa (11/10/2022).
Jokowi pun sedikit menceritakan, pada awalnya RI hanya diberi saham sebesar 9,3%. Dalam kurun waktu 3 tahun dan melalui proses negosiasi yang sangat alot, akhirnya 51% saham bisa didapatkan.
Tidak hanya itu, dalam kunjungannya ke lokasi, pegawai setempat mengatakan kepada Jokowi, kini 98% karyawan Freeport berasal dari Indonesia. Di mana, 40%-nya berasal dari masyarakat Papua. Menurutnya, kondisi ini merupakan sebuah transformasi teknologi dan ekonomi yang sangat besar.
"Ini adalah sebuah transformasi teknologi, adalah sebuah transformasi ekonomi yang kadang-kadang kita tidak sadar. Saya baru sadar ketika masuk ke sana. Baru sadar bahwa ini adalah transformasi ekonomi yang besar. Kalau ini konsisten terus kita lakukan, tanpa kita takut digugat, tambahan nilai tambah nanti akan melompat," ujar Jokowi.
Selaras dengan hal tersebut, ia sempat meminta Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, untuk menghitung berapa pendapatan yang diperoleh RI dari Freeport. Setelah dihitung-hitung, Jokowi menyebut, 70% pendapatan Freeport masuk ke negara.
"Sekarang kita dapat dividennya 51 persen, dapat pajaknya jelas lebih besar dan dapat PNBP lebih besar, kemudian dapat bea ekspor juga lebih besar. Setelah dihitung-hitung, dari pendapatan mereka kita 70%, itu masuk ke negara. Dari yang sebelumnya hanya dividen 9%," ungkapnya.
Tidak hanya Freeport, Jokowi turut menyoroti Blok Rokan yang sebelumnya hampir satu abad dikuasai oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Kini, 100% saham blok minyak di Riau tersebut telah dimiliki RI.
"Saya belum cek ke sana. Bila ada waktu yang tepat, saya ingin cek apakah ada peningkatan produksi, peningkatan income dari pengalihan seperti ini," kata Jokowi.
Jokowi merasa, anak muda Indonesia sudah siap dalam pengambilalihan ini. Oleh karena itu, ke depan pihaknya akan terus mendorong hal serupa sehingga target RI di 2030-an akan tercapai, yaitu masuk nomor 7 Gross Domestic Product (GDP) paling besar di dunia.
"Ini akan terus kita lakukan sehingga target dari yang sudah kita itung nanti di tahun 2030-an Indonesia akan masuk nomor 7 GDP yang paling besar dunia. dan pada saat Indonesia emas itungan kita sudah masuk ke 4 besar atau 5 besar ekonomi dunia. asal konsistensi ini terus kita jaga," tambahnya.
Jokowi juga berpesan, untuk siapapun pemimpin RI nanti, jangan sampai upaya-upaya dalam meningkatkan hilirisasi dan mengurangi ekspor bahan mentah justru gagal dan kembali ke semula.
"Siapapun nanti pemimpin, presiden konsistensi itu harus kita jaga dan terus kita tingkatkan. Jangan kembali lagi ke ekspor mentah lagi. hati-hati kita semua harus mengingatkan. Meskipun sekali lagi kita digugat, kalau kita digugat dan kita mundur, kapan lagi kita bisa menikmati komoditas-komoditas dan kekayaan yang dimiliki oleh kita," tandasnya.
(das/das)Sempat Ogah ke Tambang Freeport, Jokowi: Dulu Bukan Milik Kita - detikFinance
Read More
No comments:
Post a Comment