loading...
Ilustrasi. FOTO/SINDOnews
Penguatan itu terjadi karena dibantu data rilis cadangan devisa yang meningkat USD136,4 miliar pada akhir Juni 2022. Penguatan cadangan devisa disebabkan oleh penerbitan global bond atau surat utang pemerintah.
"Penguatan kurs sepertinya hanya berlangsung temporer karena ada tiga faktor yang akan berdampak terhadap volatilitas rupiah pekan depan," kata Bhima kepada MPI, Sabtu (9/7/2022).
Baca Juga: Nyaris Tembus Rp15.000 per USD, Pelemahan Kurs Rupiah Dinilai Masih Wajar
Faktor yang pertama menurut Bhima adalah tren kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan tetap agresif hingga 75 basis poin. Apalagi data rilis tenaga kerja atau non-farm payroll di AS meningkat 372.000 pada Juni lalu, sehingga Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga secara lebih agresif untuk kendalikan inflasi.
Kemudian faktor yang ke dua adalah dollar indeks yang terus meningkat ke level 107 juga menjadi indikator bahwa investor masih akan melakukan peralihan portfolio ke safe haven (aset yang aman). "Tekanan keluarnya arus dana asing tetap menjadi ancaman serius khususnya di pasar surat utang," tambahnya.
Baca Juga: Pilihan yang Sulit, Ini Bahayanya Jika Rupiah Jebol ke Rp15.000
Faktor yang terakhir yang akan berdampak terhadap volatilitas rupiah pekan depan yaitu pelaku pasar masih mencermati inflasi di Indonesia yang diperkirakan terus meningkat karena awal Juli 2022, harga daging ayam, daging sapi, cabai rawit, bawang merah masih terpantau mengalami kenaikan. "Jika inflasi Juli terus meningkat, sementara BI masih menahan suku bunga acuan maka capital outflow semakin menekan rupiah," terangnya.
(nng)
Meski Sempat Tembus Rp15.000, Rupiah Baik-baik Saja - SINDOnews
Read More
No comments:
Post a Comment