Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lanjut melemah pada awal perdagangan sesi kedua Jumat (10/6/2022). Investor tidak berani agresif karena masih menanti rilis data inflasi Negeri Paman Sam periode Mei 2022 malam nanti waktu Indonesia.
IHSG melemah 1,39% di posisi 7.085,24. Bahkan IHSG sempat longsor lebih dari 1,5% ke posisi terendahnya 7.070.21. Nilai perdagangan tercatat Rp 11,8 triliun dengan melibatkan lebih dari 20 miliar saham.
Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) jumbo senilai Rp 248,65 miliar di pasar reguler. Sedang net sell di seluruh pasar, nilainya sempat menyentuh kisaran Rp 200 miliar.
Dua saham yang mereka buru hari ini yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Astra International Tbk (ASII) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 106 miliar dan Rp 46 miliar.
Sementara itu, saham yang paling banyak dilepas adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 135 miliar dan 56 miliar.
Untuk perdagangan hari ini, sentimenterkait inflasi, kebijakan moneter hingga pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh berbagai lembaga keuangan dunia seperti World Bank masih menjadi sentimen yang menggerakkan pasar.
Pelaku pasar juga masih cenderung memasang modewait and see. Data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Mei akan dirilis malam ini waktu Indonesia oleh karena itu, investor sepertinya tidak berani bermain agresif di pasar saham.
Konsensus pasar yang dihimpunReutersmemperkirakan inflasi AS bulan lalu berada di 8,3% (yoy), tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi masih bertahan di level yang sangat tinggi. Jika inflasi masih tinggi, maka hampir pasti bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) makin yakin untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif.
Mengutip CME FedWatch, pasar memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan menaikkan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) ke 1,25-1,5% dalam rapat bulan ini. Peluang ke arah sana mencapai 94,9%.
Kenaikan suku bunga acuan akan menjadi sentimen negatif di pasar saham. Suku bunga tinggi akan membuat biaya ekspansi emiten menjadi lebih mahal sehingga laba akan tergerus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Waspada! IHSG Sesi Kedua Berpeluang Menguji Support!
(trp)
IHSG Sempat Longsor 1,5%, Asing Bawa Kabur Rp 200 M - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment