Rechercher dans ce blog

Tuesday, December 14, 2021

Sempat Agak 'Goyang', Rupiah Akhirnya Menguat 2 Hari Beruntun - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses mencatat penguatan dua hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (14/12). Tidak seperti kemarin yang mulus melaju di zona hijau, rupiah hari ini sempat agak "goyang" dan lama tertahan di zona merah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,1% ke Rp 14.325/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat pada hari ini, rupiah kemudian berbalik melemah 0,07% ke Rp 14.350/US$.

Rupiah yang berfluktuasi tetapi masih dalam rentang sempit mengindikasikan pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pada Kamis dini hari waktu Indonesia.


Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.330/US$, menguat 0,07% di pasar spot. 

Kemarin rupiah mampu mulus menguat, bahkan cukup tajam 0,21% akibat sentimen pelaku pasar yang membaik. Tetapi semakin dekat dengan pengumuman The Fed, pelaku pasar kini mulai berhati-hati.

The Fed diperkirakan akan mengumumkan mempercepat tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (Quantitative Easing/QE), dan memberikan proyeksi suku bunga di tahun depan.

Pelaku pasar akan melihat seberapa agresif The Fed akan menormalisasi kebijakan moneternya.

Tingginya inflasi serta perekonomian yang kuat membuat The Fed mempertimbangkan untuk mempercepat tapering yang saat ini senilai US$ 15 miliar setiap bulan.

Nilai QE bank sentral paling powerful di dunia ini sebesar US$ 120 miliar, dan tapering sudah mulai dilakukan pada November lalu. Artinya, hingga QE menjadi nol diperlukan waktu selama 8 bulan.

The Fed diperkirakan akan meningkatkan tapering hingga menjadi US$ 30 miliar per bulan, sehingga QE akan menjadi nol dalam waktu 4 sampai 5 bulan.

Setelah QE selesai, maka langkah selanjutnya adanya menaikkan suku bunga.

Survei yang dilakukan Reuters menunjukkan mayoritas ekonom memperkirakan suku bunga akan dinaikkan pada kuartal III-2022, tetapi ada beberapa yang melihat kenaikan di kuartal I-2022 yang artinya dalam 3 bulan ke depan.

Survei tersebut dilakukan pada 3 sampai 8 Desember, dan menunjukkan The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% di kuartal III-2022. Kemudian, aka nada 3 kali kenaikan lagi, yakni di kuartal IV-2022, serta kuartal I dan II-2023.

Suku bunga The Fed (Fed Funds Rate/FFR) akan berada di 1,25% - 1,5% pada akhir 2023.

Skenario kenaikan suku bunga dua hingga tiga kali di tahun depan sebenarnya sudah diantisipasi oleh pelaku pasar, sehingga kemungkinan terjadi gejolak di pasar finansial global akan kecil.

Tetapi, ceritanya tentu akan berbeda jika The Fed menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Hasil survei Reuters menunjukkan sebanyak 16 orang ekonom melihat kenaikan suku bunga pertama akan dilakukan pada kuartal II-2022, sementara 5 ekonom memperkirakan kenaikan di kuartal I-2022.

Sebagai perbandingan, survei yang sama dilakukan satu bulan sebelumnya menunjukkan hanya 5 ekonom yang melihat suku bunga dinaikkan di kuartal II-2022, dan satu orang saja yang melihat kenaikan sekitar Januari - Maret 2022.

Seberapa agresif The Fed bisa terlihat pada pengumuman kebijakan moneter Kamis dini hari nanti, sehingga rupiah masih akan berfluktuasi pada perdagangan Rabu besok.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]

(pap/pap)

Adblock test (Why?)


Sempat Agak 'Goyang', Rupiah Akhirnya Menguat 2 Hari Beruntun - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Sempat Berdinding Kayu dan Tak Layak, Ini 8 Potret Kondisi Terbaru Rumah Melly Lee di Kampung Halaman - Kini … - KapanLagi.com

Sebelumnya kondisi kediaman Melly Lee di kampung halaman banyak mendapat sorotan. Jauh sebelum tenar Melly dan keluarga hanya tinggal di s...