RADARSOLO.ID – Bisnis sempat goncang karena pandemi tidak membuat Winarto menyerah. Pria 45 tahun ini malah putar otak dan berhasil membuat produk-produk baru yang semakin diminati pasar. Bahkan, kini usahanya terus berkembang.
A. CHRISTIAN, Solo, Radar Solo.
Ditemui di rumahnya yang berada di RT 04 RW 16, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Winarto sedang asyik memotong-motong kayu dengan ukuran 10 sentimeter. Dia sempat menghentikan kegiatan ketika Jawa Pos Radar Solo mengucap salam lalu berincang sejenak tentang usahanya.
Winarto menceritakan, para pengusaha kerajinan pada awal pandemi 2020 mati total. Hal itu berjalan selama lebih dari 4 bulan. Selama itu pula omzet sama sekali tidak ada yang masuk. “Untuk kebutuhan sehari-hari, pakai uang tabungan dulu,” kata Winarto.
Namun, dia berpikir bila kondisinya tetap seperti itu maka uang tabungan lama kelamaan bisa habis. Kondisi inilah yang membuat Winarto harus putar otak. Pria yang memiliki keahlian handicraft ini lantas memanfaarkan barang bekas di sekitar rumahnya menjadi benda yang memiliki nilai jual.
Winarto yang memiliki hobi tanaman ini lalu memiliki ide membuat media air untuk tanaman atau pot air. Dia mengombinasikan tanaman dengan craft dengan memanfaatkan limbah kayu, botol bekas makanan dan medis lalu dijadikan semacam vas bunga atau pot air untuk media tanaman.
Ternyata hasil karyanya ini banyak peminat. Apalagi selama pandemi masyarakat banyak menyibukan diri dengan tanam-menanam di rumah. Sebab, aktivita mereka selama dibatasi sehingga untuk mengalihkan kejenuhan salah satunya menikmati hobi bertanam.
“Saya melihat geliat masyarakat banyak yang menyukai tanaman, sehingga dengan ide dan kreativitas terus dikembangkan dan membawa hasil lumayan,” katanya.
Kerajinan pot media air produksinya ini banyak dipasarkan melalui dunia maya, khususnya media sosial hingga ke seluruh daerah, terutama di kota-kota besar di Indonesia Semarang, Jakarta, Bandung, Surabaya hingga ke luar Jawa.
Bahkan, produksi kerajinannya tidak hanya untuk hiasan di rumah-rumah, tetapi juga di kafe-kafe yang memesan untuk menghiasi di ruang-ruang usahanya.
“Harga media tanaman pot air dari hasil kerajinan ini mulai belasan ribu hingga ratusan ribu per buah. Tergantung ukuran dan kerumitan proses produksinya,” imbuh Winarto.
Untuk tanaman, lanjut Winarto, merupakan flora yang tahan air dan sering digunakan untuk menghiasi pot air antara lain sirih merah, gading, dan janda bolong.
“Kalau saya menyarankan itu, karena selain bisa hidup dimedia air, tidak terlalu berat juga karena nanti pot ini kan digantung dilangit-langit,” katanya.
Disinggung soal pendapatan, Winarto tak menjelaskan secara gamblang. Namun dia mengatakan omzet penjualan pot air selama pandemi ini, cukup lumayan mulai 20 hingga 100 buah per bulan. “Ya naik turun. Biasa dalam dunia kerajinan kadang sepi, kadang ramai banget,” ujarnya.
Meski sepi, dia berharap kepada pelaku usaha UMKM di Solo untuk tetap bersemangat menghadapi pandemi ini. Tidak boleh putus asa dan terus berusaha. Sebab, rezeki pasti ada jika terus berusaha.
Selain itu, pihaknya juga memohon pemerintah untuk mendata usaha UMKM lebih rinci agar tidak ada yang tertinggal jika ada bantuan dari pusat karena dinilai belum merata. “Karena, masih banyak pelaku usaha yang membutuhkan bantuan,” pungkas Winarto. (*/bun)
Sempat Mandek Empat Bulan, Usaha Winarto Bangkit berkat Limbah Kayu - Radar Solo
Read More
No comments:
Post a Comment