Nasib alat transportasi tradisional semacam delman atau andong kian tahun kian terpinggirkan. Transportasi yang sudah ada sejak zaman dulu itu pamornya kalah oleh motor dan mobil yang lebih modern dan efektif.
Hal itu tergambar jelas dari deretan delman yang setia menunggu penumpang di depan Pasar Panorama, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Tak terlalu banyak, paling hanya lima delman yang mengharapkan ada orang yang masih mau memakai jasa mereka.
Saban hari para kusir delman yang mayoritas usianya sudah sepuh itu tak absen mangkal demi mendapatkan pundi. Mereka tetap kukuh menjalankan profesi itu lantaran tak ada lagi yang bisa mereka lakoni selain menjadi kusir.
"Sekarang penumpang delman sudah sepi karena memilih angkutan umum. Tapi alhamdulillah sehari-hari ada saja mau naik delman tapi enggak ramai seperti dulu," ungkap Unen Sukandi (67), kusir delman asli Lembang kepada detikcom, Senin (4/10/2021).
Tak main-main, Unen menggeluti profesi sebagai kusir delman sudah 45 tahun. Sejak awal terjun menjadi kusir delman hingga awal tahun 2010-an, delman masih menjadi primadona masyarakat Lembang untuk beraktivitas.
Dia masih ingat betul jumlah delman di Lembang saat masih menjadi primadona pada tahun 1975. Unen mengatakan sejak tahun 1975 hingga tahun 2005, jumlah delman di Lembang totalnya mencapai 130 unit.
"Jumlah itu hasil catatan pihak kecamatan. Saat masih banyak delman pakai nomor dan data kusir saja ada di kecamatan karena harus ada izin usahanya," ucap Unen.
Terkadang ia rindu masa kejayaan yang pernah dirasakannya. Amat berbeda dengan kondisi saat ini, tatkala delman dianggap sudah kuno, tak efektif dan efisien. Motor dan mobil lah lambang keberhasilan dan modernitas
"Sampai tahun 2010 delman masih banyak, tapi tahun 2015 mulai berkurang karena sudah banyak kendaraan umum," kata Unen.
Unen sadar betul zaman menuntutnya untuk melakukan perubahan. Namun ia tak mau dan memilih bertahan pada hal yang sudah digelutinya puluhan tahun silam. Misalnya saat ini, dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB ia baru satu kali jalan menarik penumpang dengan ongkos Rp 15 ribu.
"Penghasilan tidak menentu. Kalau dulu dari tahun 1975 hingga 1980, ongkos delman itu Rp 15 terus naik ke Rp 25 dan terus naik-naik sampai sekarang hingga jadi Rp 15 ribu tapi itu borongan, tidak per orang," ujar Unen.
Bukan tak mungkin beberapa tahun lagi delman bakal punah tergerus zaman karena sudah tidak ada lagi penerus. Saat ini anak-anak jarang bahkan tak ada yang mau menjadi kusir delman.
"Selain karena banyak yang sudah punya kendaraan, faktor tidak ada penerus jadi penyebab delman sekarang semakin sedikit," cerita Unen.
(mud/mud)Delman Riwayatmu Kini, Sempat Jadi Primadona hingga Terpinggirkan Zaman - detikNews
Read More
No comments:
Post a Comment