Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi pertama Kamis (3/6/2021) dengan menggeliat ke teritori positif, meski sempat terkena tekanan di awal perdagangan.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.040,759 atau naik 9,2 poin (+0,15%) setelah sempat tertekan di awal perdagangan meski masih aman di atas level psikologis 6.000.
Pada pembukaan pagi, indeks acuan bursa saham nasional tersebut menguat 0,12% ke 6.038,85 pada menit pertama pembukaan. Tekanan jual langsung menerpa usai pukul 09:00 hingga menyentuh level terendahnya pada sesi ini pada 6.005,636.
Namun, indeks acuan bursa langsung hingga menyentuh level tertinggi hariannya pada 6.050,695. Aksi koreksi yang menimpa setelah itu disambut dengan energi beli yang lebih besar sehingga IHSG bertahan di jalur hijau.
Nilai transaksi bursa tercatat surut kembali, dengan total Rp 6,4 triliun melibatkan 12 miliaran saham yang berpindah tangan 677.000-an kali. Sebanyak 252 saham naik, 213 melemah dan 169 sisanya stagnan. Investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) senilai Rp 51,7 miliar di pasar reguler.
Saham yang dilepas asing terutama bergerak di sektor teknologi yakni PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan Rp Telkom Indonesia Tbk dengan nilai jual masing-masing sebesar Rp 34,5 miliar dan Rp 30,1 miliar. Keduanya bergerak berlawanan arah dengan reli TBIG sebesar 0,4% ke Rp 2.820/unit dan koreksi TLKM sebesar 0,6% ke Rp 3.430/unit.
Sebaliknya, sahan perbankan masih menjadi target beli asing, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai pembelian masing-masing sebesar Rp 66,3 miliar dan Rp 55,2 miliar.
Kedua saham bluechip tersebut kompak menguat masing-masing sebesar 1,5% dan 0,08% menjadi Rp 4.280/unit dan Rp 32.350/unit. Kedua saham bank tersebut juga bertengger sebagai saham dengan nilai perdagangan terbesar, yakni senilai total Rp 243,2 miliar untuk BBRI dan Rp 214,1 miliar untuk BBCA.
Pelaku pasar lebih berhati-hati usai reli signifikan kemarin, dan mengikuti arah psikologi pelaku pasar global yang menanti rilis data tenaga kerja AS versi Automatic Data Processing (ADP) Inc. malam ini.
Maklum saja, data tenaga kerja merupakan salah satu indikator bagi The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter, selain juga inflasi. Jika terjadi pengetatan moneter lebih dini, maka penarikan dana asing akan terjadi yang bisa memicu aksi jual di bursa saham negara berkembang, termasuk Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(ags/ags)
Market Sempat Tergelincir pada Pagi, IHSG Berakhir Menguat di Sesi 1 03 June 2021 11:47 - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment