Setelah 32 tahun lamanya, Iwan Fals merilis piringan hitam album Mata Dewa bertepatan di peringatan Hari Musik Nasional yang jatuh pada 9 Maret. Album Mata Dewa merupakan album yang dipersiapkan Iwan Fals untuk konser 100 kota pada 1989.
Dalam perjalanannya, konser tersebut batal terlaksana karena tidak mengantongi izin dari pemerintah. Padahal proses persiapan sudah batang hampir mencapai 100 persen.
Iwan pun mengaku sempat terpukul atas kejadian tersebut. Ia bahkan sempat ikut dalam sebuah kelompok teater sebagai pemukul gong untuk mengalihkan rasa kesal.
"Ini kan buat tur, yang akhirnya tidak jadi, perasaannya ya seperti ini aja, kalian wartawan tapi tidak boleh menulis berita, sama kayak gitu, kami ini musisi yang hidup dari panggung, tapi dari situ saya jadi semangat buat lagu-lagu lain," ujar Iwan.
Album Mata Dewa merupakan kerjasama pertama bagi Iwan Fals dan musisi Setiawan Djodi yang menaungi label Airo Records. Album-album Iwan sebelumnya dipasarkan di bawah Musica Studio.
Tak hanya duduk di jajaran produser eksekutif, Djodi bahkan ikut dalam proses pembuatan single Mata Dewa yang menjadi lagu andalan album ini.
Iwan menjelaskan bahwa inspirasi lagu Mata Dewa datang dari pengalaman Setiawan Djodi saat berada di Bali.
"Mata Dewa itu ceritanya matahari yang terbenam di pantai Kuta, saya dapat cerita dari mas Djodi [Setiawan Djodi]," kata Iwan.
Meski terlibat dalam proses pembuatannya, Djodi mengaku tidak terlibat soal pengambilan keputusan untuk menjadikan lagu ini sebagai lagu utama album Mata Dewa.
"Lagu Mata Dewa itu diputuskan jadi lagu utama ditentukan oleh tim produksi, mas Iwan Ali, ini pertama kali saya memproduksi musik, makanya saya tidak mementingkan untung rugi penting lagunya bagus," tutur Setiawan Djodi.
Tak hanya dengan Setiawan Djodi, album tersebut juga melibatkan musisi ternama lain yakni gitaris God Bless, Ian Antono. Ini menjadi pertemuan kedua Iwan dan Ian setelah album 1910 yang dirilis pada 1988.
Ian Antono memoles album ini kental dengan alunan musik rock karena album ini memang dipersiapkan untuk konser besar.
"Saya pertama kenal Iwan dari album 1910, tapi album itu dibuat bukan buat grup, makanya di Mata Dewa saya buat seperti buat pertunjukkan besar, di sini suara Iwan diberatkan, baritone-nya dikeluarkan," ucap Ian.
Setelah konser 100 kota batal, Iwan dan Setiawan Djodi kembali berkolaborasi untuk membuat proyek baru berupa sebuah grup band yang bernama Swami (1989).
Kerjasama mereka berlanjut pada proyek kedua yang diwujudkan dalam grup musik Kantata Takwa (1990). Selain Iwan Fals dan Setiawan Djodi, grup ini juga terdiri dari Sawung Jabo, Jockie S, WS Rendra, Donny Fatah dan Innisisri.
Iwan pun mengatakan ingin kembali bekerja sama dengan Setiawan Djodi jika mendapatkan kesempatan.
"Mudah-mudahan kalo kita sehat, ada rejeki saya sih ga ada masalah buat musik lagi sama mas Djodi, tapi latihan sama mas Djodi berat, apalagi pas ada Yopie Latul, kalo nggak sampai serak suaranya belum puas," ujar Iwan Fals.
Album Mata Dewa yang dirilis dalam format piringan hitam ini terdapat 10 lagu yaitu Mata Dewa, PHK, Nona, Air Mata Api, Bakar, Puing, Berkacalah Jakarta, Yang Terlupakan, Perempuan Malam dan Pinggiran Kota Besar.
Selain merilis album Mata Dewa dalam format piringan hitam, pihak Musica Studio juga berjanji akan merilis piringan hitam untuk karya Iwan Fals yang lain.
(nly/bac)Iwan Fals Sempat Terpukul Konser 100 Kota Gagal - CNN Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment